Kembali ke Profesor Arif

Keesokan harinya, keempat sahabat itu menemui Profesor Arif di kantornya. Mereka membawa foto-foto simbol yang mereka temukan di reruntuhan. Dr. Arif memeriksa gambar tersebut dengan cermat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

“Simbol ini tidak hanya menandakan keberadaan sekte,” kata Dr. Arif setelah beberapa saat. “Ini adalah tanda bahwa mereka sedang mempersiapkan ritual besar. Jika aku tidak salah, lingkaran ini dirancang untuk sebuah upacara pemanggilan.”

“Pemanggilan apa?” tanya Merry, suaranya gemetar.

Dr. Arif menghela napas. “Pemanggilan sesuatu yang dipercaya sekte ini sebagai ‘kekuatan ilahi.’ Tapi tentu saja, itu hanya mitos. Yang jelas, ritual ini melibatkan pengorbanan manusia.”

Penemuan Mengkhawatirkan

Melisa memandangi Dr. Arif dengan serius. “Apakah ini berarti Kevin mungkin salah satu korban mereka?”

“Mungkin saja,” jawab Dr. Arif. “Dan jika mereka masih aktif, akan ada korban berikutnya.”

Rizal mengepalkan tinjunya. “Kita harus menghentikan mereka sebelum itu terjadi.”

Wahyu menatap peta di meja Profesor. “Apakah Anda tahu tempat lain yang mungkin mereka gunakan? Mungkin ada petunjuk lebih banyak di lokasi lain.”

Dr. Arif menunjuk salah satu titik di peta, tidak jauh dari reruntuhan yang mereka kunjungi. “Ini adalah tempat yang sering disebut dalam catatan lama. Jika lingkaran besar itu adalah tempat ritual, lokasi ini mungkin markas mereka.”

Persiapan Terakhir

Keempat sahabat itu kembali ke rumah Rizal untuk mempersiapkan diri. Mereka membawa senter, kamera, dan peralatan sederhana untuk berjaga-jaga.

“Kita harus lebih hati-hati kali ini,” kata Wahyu. “Kalau mereka tahu kita ada di sana, mungkin kita tidak akan seberuntung tadi malam.”

Merry, yang masih tampak gugup, mengangguk perlahan. “Aku tahu ini berbahaya, tapi aku tidak bisa diam saja. Kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Melisa menggenggam tangan Merry. “Kita bersama-sama. Jangan khawatir, kita akan melindungi satu sama lain.”

Menuju Lokasi Baru

Saat malam tiba, mereka kembali menyusuri jalan sepi menuju lokasi baru yang ditandai di peta. Jalan ini lebih gelap dan lebih terpencil dibandingkan sebelumnya, dikelilingi oleh hutan lebat yang nyaris tidak terlihat di bawah cahaya bulan.

Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di tempat yang tampak seperti gudang tua yang sudah lama ditinggalkan. Dinding-dindingnya dipenuhi coretan simbol-simbol aneh, sebagian besar menyerupai yang mereka lihat di lingkaran besar.

“Ini pasti tempatnya,” bisik Rizal sambil menyalakan senternya.

Ancaman yang Semakin Dekat

Saat mereka melangkah masuk, bau lembab dan busuk langsung menyambut mereka. Di dalam gudang, mereka menemukan meja besar dengan berbagai alat aneh—pisau ritual, lilin hitam, dan buku tua dengan halaman yang penuh simbol.

Melisa membuka buku itu dengan hati-hati. “Ini pasti buku panduan mereka. Ada deskripsi tentang lingkaran yang kita temukan tadi malam.”

Namun, sebelum mereka sempat membaca lebih jauh, mereka mendengar suara langkah kaki dari luar gudang.

“Seseorang datang,” bisik Merry dengan suara gemetar.

Mereka segera mematikan senter dan bersembunyi di balik tumpukan kayu tua. Dari celah-celah, mereka melihat dua pria masuk ke gudang. Salah satu dari mereka membawa obor, sementara yang lain membawa sesuatu yang terbungkus kain.

“Persiapkan semuanya,” kata salah satu pria itu dengan nada serius. “Ritual akan segera dimulai.”

Tekanan dan Keputusan

Wahyu menatap teman-temannya. “Kita harus segera pergi. Jika mereka melihat kita, ini akan berakhir buruk.”

Namun, Melisa tampak ragu. “Tapi kalau kita pergi sekarang, kita tidak akan tahu apa yang mereka rencanakan.”

Rizal mencoba menenangkan mereka. “Kita akan kembali dengan rencana lebih matang. Tidak ada gunanya mengambil risiko sekarang.”

Dengan hati-hati, mereka menyelinap keluar dari gudang, memastikan tidak ada yang melihat mereka.

Rahasia yang Mulai Terkuak

Di perjalanan pulang, Wahyu memikirkan apa yang mereka lihat di gudang. “Kita sudah cukup tahu untuk sekarang. Tapi jika mereka benar-benar merencanakan sesuatu, kita harus menghentikan mereka.”

Melisa memandangi langit malam yang gelap. “Ini lebih dari sekadar misteri pembunuhan. Ini tentang melawan sesuatu yang jauh lebih besar dari kita.”

Mereka menyadari bahwa apa yang mereka hadapi bukan hanya sekte misterius, tetapi juga kepercayaan gelap yang telah berlangsung selama berabad-abad. Dan untuk menghentikannya, mereka harus mengambil risiko yang lebih besar lagi.

Bab ini meningkatkan ketegangan dengan mengungkap rencana ritual berbahaya dari sekte, memperkenalkan lokasi baru, dan menunjukkan bahaya nyata yang mengancam karakter utama.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *